TAMBOLAKA, KARAKATNEWS.COM – Festival Budaya Sumba Barat Daya (SBD) yang digelar di Lapangan Galatama, Kecamatan Kota Tambolaka, Kabupaten Sumba Barat Daya, Provinsi Nusa Tenggara Timur, pada Minggu (16/2/2025), sukses menyedot perhatian banyak pihak.
Beragam pertunjukan budaya serta kain adat khas SBD menjadi daya tarik utama yang semakin memperkenalkan warisan budaya daerah ini ke dunia.
Festival ini dihadiri oleh perwakilan dari sebelas kecamatan di Kabupaten SBD, yang menampilkan kain adat istimewa mereka.
Salah satu yang paling mencuri perhatian adalah kain adat Gudu Kodi, tenun khas masyarakat Kodi yang terkenal dengan motif unik dan harga yang sangat tinggi.
Keindahan dan makna filosofi yang terkandung dalam setiap helai kain menjadi bukti kekayaan budaya yang dimiliki masyarakat SBD.
Tidak hanya kain adat, festival ini juga menghadirkan berbagai pertunjukan seni tradisional seperti Payawao, Kabara, ronggeng, serta tarian khas dari berbagai wilayah di Kabupaten Sumba Barat Daya.
Kemeriahan festival ini menunjukkan bagaimana masyarakat setempat menjaga dan melestarikan budaya leluhur mereka.
Momen istimewa terjadi saat Pj Bupati SBD, Yohanes Oktovianus, ikut serta dalam tarian ronggeng sebagai bagian dari prosesi penyambutan.
Ronggeng merupakan tarian tradisional yang melambangkan keharmonisan dan kebersamaan.
Dengan mengenakan pakaian adat Sumba, Yohanes mengikuti gerakan tarian dengan penuh semangat, disambut sorak sorai dan tepuk tangan meriah dari masyarakat yang hadir.
Prosesi ini menegaskan kedekatan pemimpin dengan rakyat serta menunjukkan komitmen pemerintah daerah dalam mendukung pelestarian budaya SBD.
Festival ini bukan sekadar ajang hiburan, tetapi juga bukti nyata bahwa budaya lokal masih hidup dan terus diwariskan ke generasi berikutnya.
Festival ini juga menjadi momentum penting dengan diserahkannya sertifikat Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) untuk Kabara dan Pakala, dua warisan budaya khas SBD.
Sertifikat ini diberikan langsung oleh Pj Bupati Yohanes Oktovianus dan diterima oleh perwakilan unsur tiga tungku, yaitu tokoh adat dari Loura, Kodi, dan Wewewa.
Dengan sertifikat HAKI ini, Kabara dan Pakala kini mendapatkan perlindungan hukum agar tidak diklaim oleh pihak lain.
“Kabara dan Pakala bukan sekadar tradisi, tetapi cerminan jati diri masyarakat Sumba Barat Daya. Dengan adanya sertifikat HAKI, kita memastikan warisan budaya ini tetap lestari dan bisa diperkenalkan lebih luas, baik di dalam negeri maupun mancanegara,” ujar Yohanes Oktovianus.
Festival Budaya SBD tahun ini menjadi salah satu perayaan budaya terbesar yang pernah diselenggarakan di daerah ini.
Dengan semakin banyaknya perhatian dari masyarakat luas, termasuk wisatawan domestik dan asing, budaya SBD kini semakin dikenal di tingkat nasional bahkan internasional.
Festival ini menjadi awal dari proses pengenalan budaya SBD yang sebelumnya jarang diketahui oleh banyak orang.
Pemerintah Kabupaten Sumba Barat Daya terus menunjukkan komitmennya dalam melestarikan budaya dan menjadikannya sebagai daya tarik utama sektor pariwisata.
Melalui festival ini, masyarakat tidak hanya diajak untuk menikmati keindahan seni dan tradisi lokal, tetapi juga memahami nilai-nilai luhur yang terkandung dalam setiap aspek budaya SBD.
Dengan dukungan penuh dari berbagai pihak, diharapkan Festival Budaya SBD dapat terus berkembang dan menjadi agenda budaya tahunan yang mendunia. (KN/SM)