KARAKATNEWS.COM – PADA HARI raya Yesus masuk ke Yerusalem, umat beriman didorong untuk memikirkan peran Kristus sebagai Raja Damai. (Minggu Palma, 13 April 2025).
Dengan Minggu Palma ini, kita memasuki babak akhir perjalanan rohani selama 40 hari.
Dalam liturgi Minggu Palma berkumandang nada-nada kemenangan, sekaligus sengsara Tuhan yang nantinya akan mewarnai seluruh pekan suci.
Pembasuhan kaki para murid pada hari Kamis, serta penghormatan salib secara istimewa pada hari Jumat Agung. Pada malam Paskah, cahaya menjadi simbol yang amat kuat ketika lilin Paskah bernyala.
Pada Minggu Palma, khalayak mengeluk-elukkan Yesus sebagai Raja ketika masuk ke Yerusalem. Tangan mereka mengacung-acungkan daun palma, mulut mereka menyerukan “Hosana Raja Daud.” Pakaian mereka tanggalkan dan dijadikan alas keledai tunggangan Yesus, langkah mereka seiring mengiring Yesus Sang Raja.
Sebagai Raja yang sedang berjalan menuju tahta kebesaran-Nya, Yesus ternyata tidak membawa angkatan bersenjata.
Ia tidak dikawal prajurit terlatih dan naik kereta perang. Ia malah naik seekor keledai, binatang kecil yang sering dianggap dungu.
Karena kecil, binatang ini juga tidak menyimbolkan kekerasan. Keledai sahabat manusia dan mintra kerja, ceria dan bertenaga. Karena itu, duduk di atas keledai lebih menyimbolkan damai daripada peperangan.
Peristiwa Yesus memasuki Yerusalem, disambut dengan pekik kegembiraan yang kemudian berubah total sebagai renungan khitmat mengenai Kisah Sengsara Tuhan Yesus.
Khalayak mengelu-elukan Yesus sebagai pesakitan. Tangan mereka mengepalkan tinju dan mengacungkan pedang dan cemeti. Mulut mereka menyerukan hujatan,”Salibkan Dia, salibkan Dia.” Pakaian Yesus pun mereka lucuti dan bagi-bagi, langkah mereka kompak menolak Yesus Sang Raja.
Madah hamba Yahwe yang kita dengar dari Kitab Nabi Yesaya pada hari Minggu Palma ini menggambarkan bagaimana hamba Yahwe itu taat sepenuhnya kepada kehendak Allah.
Bagi Sang Hamba, satu-satunya cara menghadapi penghinaan dan tantangan hanyalah berseru kepada Tuhan, yang satu-satunya adalah harapan hanya Tuhan. “Sebab itu aku meneguhkan hatiku seperti keteguhan gunung batu karena aku tahu, bahwa aku tidak akan mendapat malu.” (Yes 50:7b). Maka, perjalanan Yesus dapatlah dikatakan: _”Se vis pacem para caritatem.”-Jika Anda ingin damai siapkanlah kebaikan.
Sebagai Raja Damai, Yesus tidak menyiapkan kekuatan, melainkan PELAYANAN CINTA KASIH.( Dami Tiala)
Redaksi : SPM